Berkata Sheikh Dr Yusuf AlQardhawy:
" Saya masih ingat seorang pemuda yang masih remaja dikuasai oleh gharizahnya pada saat ia lemah dan hatinya lengah, lalu terjerumus ke dalam perbuatan maksiat.
Kemudian ia sedar bahawa dirinya telah menjadi kotor setelah tadinya suci, menyeleweng setelah tadinya menempuh jalan yang lurus, sesat setelah tadinya benar dan merasakan pahitnya maksiat setelah tadinya ia merasa manisnya taat.
Sebab itu ia mengurung diri berhari-hari di rumahnya menangisi nasibnya dan berbalik ke kiri dan ke kanan di atas katilnya yang dirasakan bagai bara yang menyala.
Dia merasa sedih sekali, bumi yang luas dirasanya sempit. Kerana itu, ia tidak berani menatap wajah orang lain dan tidak keluar biliknya, kerana malu pada Tuhan dan kepada dirinya sendiri, menjauhkan diri dari kawan-kawannya padahal tiada seorang pun yang tahu apa yang terjadi ke atas dirinya.
Hal itu tentu akan terus berlangsung, sekiranya saya tidak menghantar surat kepadanya, memberi harapan dengan bertaubat dan memohon ampunan Allah. Saya sebutkan kepadanya hadis Rasulullah (saw):
"Barangsiapa gembira dengan kebaikan dan sedih kerana kejahatan yang diperbuatnya, maka ia seorang mukmin".
Perkataan Ali bin Abu Talib:
"Kejahatan yang membuat engkau sedih lebih baik dari kebaikan yang membuat engkau takbur"
dan Ucapan Ibnu Athaillah:
" Kadang-kadang dibuka bagimu pintu taat dan tidak dibuka bagimu pintu penerimaan. Kadang-kadang ditakdirkan bagi engkau perbuatan maksiat, tetapi hal itu merupakan jalan bagimu untuk sampai kepada kebaikan. Perbuatan naksiat yang menimbulkan perasaan salah dan menyesal lebih baik daripada perbuatan taat yang menimbulkan ujub dan takbur.".
(Yusuf AlQardhawy, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Albanna, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1980. m.s. 37-38)
nice sharing :)
ReplyDelete